November 2025 - Dwi murniati

28 November 2025

November 28, 2025

Ketika Aku Gagal

by
Ketika Aku Gagal


“Ketika aku gagal, bukan kegagalan itu yang membuatku kecewa, tapi perasaan tidak mampu, tidak kompeten, tidak diakui, tidak diterima,  dan ditolak. Perasaan itu terus menyerangku hingga dititik aku ingin lari dari siapapun yang mengenalku, ingin cepat-cepat melupakkan kejadian itu, ingin menghilangkan perasaan buruk ini, ingin lari dari dunia ini. Bersembunyi entah kemana”.


Pengalaman gagal menciptakan perasaan yang tidak nyaman, seperti rasa kecewa, tidak mampu, marah, menyesal, dan rasa malu. Kegagalan juga melemahkan keyakinan positif tentang diri kita. Kita merasa diri kurang pintar, kurang mampu, kurang terampil, kurang kompeten, kurang menarik, dan sebagainya. Hal ini membuat kita menjadi tidak percaya bahwa diri kita mempunyai kemampuan tertentu untuk ditampilkan. Hasilnya kita jadi merasa rendah diri (low self-esteem). Padahal satu kali, dua kali kita mengalami kegagalan bukan berarti kita adalah orang yang tidak kompeten. Kalau kita bandingkan dengan keberhasilan yang sudah kita raih, seberapa banyak kita mengalami kegagalan? Mengapa kita menghabiskan lebih banyak waktu memutar ulang adegan kita gagal dibandingkan momen kesuksesan kita? sehingga rasa tidak nyaman semakin meningkat.

Sebagian besar orang pernah mengalami kegagalan saat ingin mencapai suatu tujuan. Kegagalan adalah sebuah pengalaman yang pasti dialami oleh semua orang. kegagalan itu bagian penting dalam proses meraih kesuksesan. Saat belajar berjalan, belajar naik sepeda, mengendarai motor, tidak langsung bisa pada percobaan pertama. Akan melalui tahap jatuh, menabrak, salah pegang kendali, bahkan tidak sekali dua kali tapi bisa berkali-kali jatuh hingga akhirnya mencapai keberhasilan. Proses menerima rasa gagal itu memang tidaklah mudah, tapi berusaha menerima akan jauh membuat dadamu terasa lebih lega, pikiranmu lebih luas dan hatimu lebih bahagia. Jadikan pengalaman gagal ini untukmu lebih mengenal diri dan bertumbuh. Menerima sepenuhnya atas segalanya adalah satu-satunya cara untuk belajar, tumbuh, dan melangkah maju dalam hidup kita.

Perhatikan gambar di atas. Dari ilustrasi ini kita bisa menyimpulkan bahwa :

1.      Kegagalan tidak lebih banyak dari keberhasilan.

2.      Semakin banyak kita mencoba, resiko gagal semakin sedikit, karena saat gagal kita belajar. 

3.      Orang-orang yang mempunyai belief positif, meski gagal dia akan tetap mencoba karena dia yakin bahwa dia akan berhasil. 

4.      Orang yang sukses dan menjadi master di bidangnya adalah orang yang lebih banyak usaha dan lebih banyak gagal daripada yang sedikit mencoba.

Dr. Albert Ellis, penemu Rational Emotive Therapy, mengatakan bahwa kunci dari mental attitude (sikap mental) adalah keyakinanmu. Keyakinana ini menentukan caramu bersikap (behavior).  Peristiwa diluar diri kita baik peristiwa baik ataupun buruk akan kita temui di dalam perjalanan hidup kita. Katakanlah peristiwa ini disebut activating events (A).  Pada umumnya masyarakat sering menyalahkan A, yang menyebabkan penderitaan dan perasaan emosi yang buruk. Khususnya A yang buruk seperti kegagalan. Perasaan ini disebut Ellis sebagai konsekuensi sikap dan emosi (Emotional And Behavioral Consequencies, “C”).  kebanyakan orang berpikir bahwa :

A = C

A = tidak diterima kerja, tidak mendapat promosi, tidak menjadi juara, kalah dalam pertandingan =

       kegagalan.

C = konsekuensi emosi dan perilaku : merasa tertolak, tidak kompeten, tidak pintar, tidak diakui, tidak diterima. (padahal bisa saja responnya tidak seperti ini).

A = C

Tidak diterima kerja, tidak mendapat promosi, tidak menjadi juara (gagal) = merasa ditolak, tidak kompeten.

Padahal seharusnya tidak seperti itu. A tidak sama dengan C.  

                                                                   A ≠ c

                                Kegagalan tidak sama dengan ditolak atau tidak kompeten

Hubungan sebab akibat yang benar adalah :

A + B = C

B = Personal Belief System. Keyakinan personal.

Keyakinan ini yang meyebabkanmu memberikan penilaian dan interpretasi tertentu kepada dirimu.

                                                                             A + B = C (positif)

A = tidak diterima kerja, tidak mendapat promosi, tidak menjadi juara, kalah dalam pertandingan.

B = Belief System = aku punya kemampuan, waktuku akan datang, aku pasti sukses.

C = ditolak, ketidakmampuan, tidak pintar, tidak diakui, tidak diterima. Aku merasa bangga terhadap diriku, masa depanku bagus, masih banyak kemampuan yang aku punya.

A + B = C (positif)

Tidak diterima kerja, tidak mendapat promosi, tidak menjadi juara + Belief System (aku punya kemampuan, waktuku akan datang) = Aku merasa bangga terhadap diriku, masa depanku bagus.

Dr. Ellis mengatakan : "Orang dan hal-hal tertentu tidak membuat kita kesal, melainkan diri kita sendiri yang membuat kesal dengan mempercayai bahwa orang dna hal di lur diri kita yang membuat kita kesal".

Jadi yang ditekankan disini adalah personal belief system seseorang. Jika kita punya belief system yang positif dan kuat. Peristiwa atau kejadian eksternal yang buruk seperti kegagalan, tidak akan mengubah keyakinan tentang diri kita yang baik sehingga sikap kita akan tetap optimis dan tetap semangat. Emosi kita akan tetap positif. Memandang kegagalan bukan karena ketidakmampuan kita, atau kita tidak pantas untuk menjadi juara tapi kegagalan itu dijadikan pijakan disisi mana yang harus diperbaiki. Bukan pada keseluruhan bahwa kita tidak mampu, tapi ada sebagian yang memang perlu ditingkatkan. Kalau kita sudah punya belief positif tentang diri kita, maka behavior atau tingkah laku kita juga akan positif. Kejadian-kejadian eksternal yang mencoba melemahkan keyakinan positif kita, tidak akan berhasil karena personal belief kita sudah mendarah daging, sudah kokoh sehingga tidak mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman eksternal yang kita alami atau kita saksikan tersebut.

Kokohnya belief ini didapatkan dari sejak kecil. Saat orang tua mengatakan bahwa “nak, kamu pasti akan sukses”. Ini belief yang dimasukkan oleh orang tua. Saat dewasa ketika anak mengalami peristiwa eksternal seperti kegagalan maka kegagalan itu tidak meruntuhkan kayakinan dirinya akan kesuksesannya. Sehingga behaviournya akan pantang menyerah, akan mencoba lagi, belajar lagi, tidak menyalahkan orang lain maupun dirinya. Masalahnya tidak semua orang tua memberikan keyakinan positif tentang diri anak kepada anak-anak mereka, bahkan banyak yang justru menginstal belief-belief negatif kepada anak-anaknya tentang diri anak dan belief tentang dunia di  luar dirinya. Jika pada saat masa pengasuhan, orang tua kita atau pengasuh kita tidak menanamkan belief-belief positif kepada diri kita, maka diri kita saat ini yang harus menanamkannya. Mungkin akan lebih sulit, tapi lebih baik mencoba dan berusaha lebih keras. Jika kita ingin mengubah masa depan kita, ubahlah keyakinan kita terlebih dahulu. Seberapa kuatkah personal belief system kita. Seberapa baikkah diri kita meyakini bahwa kita punya kemampuan seperti halnya orang lain. Sekuat apa kita meyakini bahwa diri ini berharga, layak untuk dihargai dan diterima. Akan terlihat saat kita mengalami kegagalan. Apakah kita tetap yakin akan segala  kemampuan yang kita miliki atau justru merasa diri tidak kompeten. Kita akan lebih mengenal diri sendiri.

Saat kamu merasa “kalah” dan “gagal”, seolah-olah sulit bagimu untuk melanjutkan hidup. Ambillah selembar kertas buatlah garis tengah. Di sisi kiri tulis kekuranganmu dan kegagalanmu. Di sisi kanan tulis kelebihanmu, segala hal yang kamu bisa, kamu kuasai, kamu punya, sekecil apa pun itu serta pencapaian-pencapaianmu. Jika kamu benar-benar mengeksplor hal ini seharusnya hal-hal di sisi kanan akan lebih panjang daripada hal di sisi kiri. Dengan kata lain kelebihanmu jauh lebih banyak dari kekuranganmu. Hanya saja kita lebih sering fokus hanya pada kekurangan saja. sehingga sebanyak apapun kelebihanmu, sehebat apapun kemampuanmu tertutupi oleh pikiranmu yang hanya memikirkan kekurangan dan kegagalanmu.

Kegagalan hanyalah bagian kecil dari dirimu, sedangkan kamu masih punya banyak  kelebihan lain yang belum dieksplor. Satu dari 10 core belief yaitu “You already posses the ability to excel in at least one area of your life”. Kuncinya pada kata “at least”, artinya paling tidak satu kelebihan artinya bahwa kamu bisa punya 2, 3, 10 kelebihan yang kamu miliki dan harus kamu gali. Satu area dimana kamu gagal mungkin bukan area yang kamu kuasai. 

Kita adalah sebuah rumah dengan pondasi yang kuat sehingga saat ada gempa dan badai sekalipun, maka kita akan tetap berdiri kokoh. Kita adalah pohon dengan akar yang panjang menghujam bumi. Sekuat apapun angin menghantam kita tak akan goyah, akan tetap kuat berdiri.





5 November 2025

Tes Kemampuan Akademik (TKA): Pengukur Potensi dan Kesiapan Akademis

Training of Trainer Komunitas Sidina  dan BKHM (Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat)

   Pada tanggal 24-26 Oktober 2025, saya mengikuti Training of Trainer Fasilitator Sidina Community bekerjasama dengan BKHM (Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat). Acara diadakan di gedung BBGTK Yogyakarta.

   Komunitas Sidina merupakan pusat belajar bagi para perempuan tentang pendidikan, parenting, bisnis dan pengembangan diri, dengan harapan setiap wanita menjadi pribadi yang SEHAT, CERDAS, dan BERDAYA. Komunitas ini memberikan ruang untuk para ibu yang ingin berkontribusi di masyarakat dengan tetap bertanggung jawab terhadap keluarga. Komunitas Sidina juga memberikan kesempatan bagi para ibu yang ingin mendapatkan penghasilan melalui job konten, virtual assistant, menulis, event attendee, trainer serta kesempatan volunteering menjadi fasilitator yang terjun langsung ke masyarakat. Sidina rutin memberikan Pelatihan Ibu Penggerak dan sudah mencetak 2.098 Ibu Penggerak. Saat ini sudah ada sekitar 200+ Fasilitator Ibu Penggerak (data Oktober 2024). Komunitas ini mengusung gerakan #IbuPenggerak #BerawalDariKeluarga untuk keluarga Indonesia yang lebih kuat.

Training ini membahas beberapa topik yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan seperti 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7KAIH), Wajib Belajar 13 Tahun, Deep Learning, Sekolah Aman, Nyaman, dan Menyenangkan serta Tes Kemampuan Akademik (TKA). Kali ini saya ingin membahas tentang TKA.

Apa Itu Tes Kemampuan Akademik (TKA)?

   Tes Kemampuan Akademik atau TKA adalah penilaian terstandar capaian akademik murid yang dibuat oleh pemerintah berbasis komputer. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami, menganalisis, dan memecahkan persoalan secara sistematis — kemampuan yang sangat penting dalam kegiatan belajar maupun dunia kerja.

  Tes Kemampuan Akademik (TKA) tidak hanya mengukur pengetahuan faktual, tetapi lebih menitikberatkan pada kemampuan berpikir kritis dan analitis. Dengan kata lain, TKA menilai potensi seseorang dalam menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah baru.


Latar belakang TKA

1. Penilaian yang belum terstandar

Pemerintah melihat bahwa adanya  permasalahan laporan capaian akademik individu yang tidak terstandar pada beberapa tahun terakhir menimbulkan beberapa permasalahan. Terutama dalam hal objektivitas dan keadilan penilaian. Kebutuhan adanya pelaporan capaian akademik individu murid secara terstandar sangat diperlukan.

2. Permasalah dengan pemberian nilai yang tidak adil.

Pemberian nilai yang tidak adil menimbulkan permasalahan pada seleksi di tingkat atas. Pemerintah berinisiatif merancang adanya TKA agar ada penilaian terstandar.

Tujuan Tes Kemampuan Akademik

TKA digunakan untuk situasi yang memerlukan data objektif capain akademik murid, seperti :

1. Seleksi masuk jenjang pendidikan lebih lanjut

Bagi siswa jenajang SMA/SMK/MA untuk masuk universitas dapat menggunakan TKA sebagai salah satu komponen seleksi masuk universitas. Bagi siswa SD bisa dipakai unutk masuk SMP, dan bagi siswa SMP dipakai unutk mendaftar SMA pilihan.

2. Mengukur sejauh mana individu memiliki kesiapan untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi

3. Penyetaraan jalur pendidikan

Skor TKA sering kali berkorelasi positif dengan keberhasilan belajar di masa depan, karena mengukur kemampuan berpikir yang mendasari berbagai bidang studi.

4. Pemetaan  mutu

TKA dapat membantu guru, dosen, atau lembaga pelatihan dalam memetakan kemampuan siswa untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat.

5. Perbaikan pembelajaran

Nilai dari TKA nantinya akan terlihat keberhasilan dari pembelajaran yang selama ini dilakukan. Jika hasilnya kurang berhasil maka akan dilakukan perbaikan dalam pembelajaran.


Jenjang yang mengikuti TKA

   Tes kemampuan akademik hanya diikuti oleh siswa-siswa di kelas akhir tiap jenjang yaitu murid kelas 6, 9 dan 12. Berikut jadwal perkiraan TKA tiap jenjang.

1. SD kelas 6 : Perkiraan Maret atau April 2026

2. SMP kelas 3 : Perkiraan Maret atau April 2026

3. SMA kelas 3 : 1- 9  November 2025


Pelajaran yang diujikan dalam TKA

1. SD dan SMP : Matematika dan Bahasa Indonesia

2. SMA : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan pilihan dua mata pelajaran sesuai jurusan.

Adapun mata pelajaran (mapel) pilihan TKA untuk SMA/MA/sederajat & SMK/MAK adalah sebagai berikut :

üMatematika Tingkat Lanjut, Fisika, Kimia, Biologi.

üEkonomi, Sosiologi, Geografi, Sejarah, Pendidikan Pancasila (PPKn), Projek Kreatif dan Kewirausahaan.

üBahasa Indonesia Tingkat Lanjut, Bahasa Inggris Tingkat Lanjut, Antropologi.

üBahasa Jepang, Bahasa Korea, Bahasa Arab, Bahasa Prancis, Bahasa Jerman.


Mekanisme Pelaksanaan TKA kelas 12

   Jadwal TKA Setiap gelombang SMA/SMK/MA :

Hari ke-1 : Sesi 1 : 07.30-10.00

                  Sesi 2 : 10.30-13.00

                  Sesi 3 : 14.00-18.30

Hari ke-2 : Sesi 1 : 07.30-12.40

                  Sesi 2 : 15.10-12.30

                  Sesi 3 : 13.30-15.40

TKA kelas 12 dilaksanakan tiga gelombang selama enam hari, sembilan sesi.


Moda Pelaksanaan

   Ada beberapa metode pengerjaan tes. Tes dilaksanakan online atau offline tergantung dari bagus atau tidaknya signal internet di daerah tersebut. Moda pelaksanaan TKA ada 3 :

1. Full Online : langsung ke server pusat.

2. Semi Online Token Online : diunduh dahulu soal ke server lokal, token autentikasi diperoleh online, & pengerjaan online.

3. Semi Online Token Offline: diunduh dahulu soal & token autentikasi ke server lokal & pengerjaan offline (Daerah Blank Spot).

 

 Hasil dan Skoring

   Sistem penilaian TKA adalah skala 0-100 (2 desimal). Hasil TKA bukan lulus atau tidak lulus tapi berdasarkan kategori yaitu Istimewa, Baik, Memadai, dan  Kurang.  Nantinya hasil ini bukan menjadi penentu lulus atau tidak lulus tapi sebagai acuan apakah anak sudah menguasai pelajaran tersebut dan bisa menjadi acuan untuk pembelajaran selanjutnya. Setiap peserta TKA akan mendapatkan Sertifikat Hasil TKA (SHIKA) yang diterbitkan pemerintah pusat berbentuk sertifikat digital dan dapat dicetak lewat sekolah.


Penulisan Soal dan Penjaminan Mutu

1. Penjaminan mutu soal SD dan SMP : Telaah soal di sistem aplikasi kementerian

Penulisan soal TKA untuk jenjang SD dan SMP dilakukan dan ditelaah di sistem aplikasi kementerian. Kabupaten/kota menulis soal (satu kabupaten kota minimal 1 paket untuk setiap mata pelajaran perjenjang). Kabupaten/kota menelaah soal sebanyak paket yang disusun.

Provinsi menunjuk guru dan ditetapkan oleh kementerian sebagai Fasilitator Nasional Penjaminan Mutu. Provinsi menunjuk guru sebagai reviewer dan didampingi dosen sebagai validator. Fasilitator nasional akan  mendampingi penyusunan soal oleh kabupaten/kota. Reviewer didampingi validator akan menelaah seluruh butir soal yang disusun oleh kabupaten/kota. Provinsi melakukan pengacakan paket untuk digunakan TKA (Paket Utama, Paket Cadangan dan Paket Susulan). 

2. Penjaminan mutu soal SMA/SMK/MA

Soal TKA untuk jenjang SMA/SMK/MA dibuat oleh kementerian. Jadi soalnya sama di semua sekolah di seluruh Indonesia. 

Jenis Kemampuan yang Diukur dalam TKA

   Kemampuan yang diukur berbeda-beda tiap mata pelajaran dan tiap jenjang.

1. Kemampuan Verbal:
Mengukur daya nalar melalui bahasa, seperti sinonim, antonim, padanan kata, dan pemahaman bacaan. Contoh: Menentukan makna kata atau hubungan antar kata.

2. Kemampuan Numerik:
Menguji kemampuan berhitung, memahami pola angka, serta logika matematika dasar. Contoh: Deret angka, perbandingan, atau soal aritmatika sederhana.

3. Kemampuan Logika:
Mengukur kemampuan menganalisis pola berpikir, menarik kesimpulan, dan memahami sebab-akibat. Contoh: Menentukan pernyataan yang benar berdasarkan data atau premis tertentu.

4. Kemampuan Spasial dan Analitik:
Mengukur kemampuan memahami pola visual, bentuk, dan hubungan antar-objek. Contoh: Menyusun potongan gambar menjadi bentuk utuh.

Manfaat Mengikuti TKA

   TKA sifatnya tidak wajib, tapi siswa disarankan untuk ikut agar :

1. Mengetahui kekuatan dan kelemahan diri dalam berpikir analitis dan logis.

2. Meningkatkan kesiapan menghadapi ujian akademik, seperti seleksi masuk     perguruan tinggi atau rekrutmen kerja.

3. Melatih kemampuan berpikir sistematis dan cepat, karena tes ini biasanya berbatas waktu.

4. Menjadi dasar untuk perencanaan karier dan pendidikan sesuai potensi diri.

Kesimpulan

Tes Kemampuan Akademik bukan sekadar ujian, tetapi cerminan kemampuan berpikir seseorang dalam menghadapi persoalan secara rasional dan terukur. Dengan memahami konsep dan latihan yang cukup, TKA dapat menjadi sarana efektif untuk mengenali potensi diri serta mempersiapkan masa depan akademik dan karier yang lebih baik.


Daftar Referensi Materi :

1. www.rumahpendidikan.com

2. https://pusmendik.kemendikbud.go.id/TKA

#FasilitatorSidinaCommunity

#IbuPenggerak

#SosialisasiFasilitatorSidina

#PendidikanBermutuUntukSemua

 

@templatesyard