Seorang
anak yang sedang bermain bermain kubangan air, bekas sisa hujan. Dia melompat
diatasnya dan tercipratlah air, dia tertawa bahagia. Dia ulangi lagi kegiatan
itu, hingga tidak terhitung berapa kali dia sudah melompat diatas genangan air
itu. setiap lompatan, setiap cipratan air adalah sesuatu yang membahagiakan,
suatu pengalaman. Senyumnya merekah. sesekali dia mencoba mencelupkan
tangannya, melemparkan batu, menjatuhkan daun, melewatinya dengan sepeda
mininya. Entah sudah berapa jam dia bermain, dia melihat keriput dijarinya
sejenak dan kembali bermain. Matanya berbinar, tawanya terdengar begitu renyah.
Dia tidak memikirkan bahwa ibunya akan memarahinya, karena dia tidak memikirkan
masa depan yang belum pasti terjadi, dia menikmati saat ini. Saat yang membuatnya
bahagia.
Kita
merasakan waktu lenyap saat menenggelamkan diri dalam aktivitas yang kita sukai.
Tanpa ada gangguan, tanpa ada distraksi. Aktivitas kita adalah dunia kita.
Pengalaman saat sepenuhnya tenggelam dalam apa yang sedang kita kerjakan
disebut flow. Menurut The Psychology of Optimal Experience, flow adalah keadaan saat seseorang
begitu tertarik pada suatu aktivitas sehingga tidak ada hal lain yang tampak
penting. Flow adalah kegembiraan, kesenangan, keindahan dan hidup.
Saat
mengalir pada aktivitas yang kita sukai dan memberikan konsentrasi penuh pada aktivitasa
saat ini. Kita adalah bagian dari kegiatan yang sedang kita lakukan. Tidak memikirkan
masa lalu ataupun masa depan, hanya ada saat ini, kini, disini. Kita sangat “menikmati”
aktivitas itu. Saat bisa menyelesaikannya dengan baik dengan hasil yang bagus kita
merasa terpuaskan dan terpenuhi. Rasa puas dan terpenuhi ini memunculkan rasa
bahagia. Satu aktivitas yang sama belum tentu dirasakan menyenangkan oleh orang
lain. Aktivitas yang dirasa menyenangkan dapat membantu menemukan ikigai kita.
Setiap
orang berapa pun usianya, apa pun pekerjaannya membutuhkan flow. Seorang guru, seorang pemain catur, seorang dokter. Bayi,
anak-anak, remaja, orang tua perlu berada dalam situasi mengalir. Bayangkan
jika seorang pemain catur sedang bermain catur, tiba-tiba ada yang memanggilnya
maka buyar konsentrasinya dan harus memulai fokus dari awal. seorang dokter
memeriksa pasiennya jika diselingi menonton tv maka tidak akan konsen memeriksa
pasien.
Terlalu banyak aktivitas yang
dilakukan secara bersamaan, atau banyaknya interupsi membuat kita kehilangan
fokus. Otak akan terus berganti-ganti fokus sehingga mempengaruhi aktivitas
yang sedang dikerjakan. Setiap aktivitas membutuhkan konsentrasi. Konsentrasi
yang terputus karena adanya interupsi atau hal lain yang harus dikerjakan
membuat seseorang lelah, pekerjaan tidak sempurna, produktivitas menurun dan
lupa dengan apa yang hendak dilakukan. Contohnya seorang penulis. Seorang
penulis itu membutuhkan situasi flow.
Dimana tidak ada interupsi dan tidak sedang melakukan hal lain seperti menonton,
melihat sosial media atau membaca buku. Jika sering diinterupsi maka dia akan
lupa dengan kata-kata yang hendak ditulisnya atau sering terjadi kesalahan
dalam menulis. Hasilnya tulisan pun tidak bagus.
Lalu
bagaimana seseorang mencapai flow
dalam aktivitasanya. Dalam buku ikigai
ada syarat untuk mencapai flow (kondisi mengalir) yang disampaikan oleh peneliti Owen Schaffer
dari Depaul University, ada 7 persyaratan untuk mencapai flow :
1. Mengetahui
apa yang harus dilakukan.
2. Mengetahui
bagaimana melakukannya
3. Mengetahui
seberapa baik anda melakukannya
4. Mengetahui
ke mana harus pergi.
5. Memahami
tantangan yang ada
6. Memahami
keterampilan yang diperlukan
7. Bebas
dari gangguan.
Untuk
itu diperlukan strategi untuk mencapai flow.
1. Pilih
tugas yang sulit tapi jangan terlalu sulit.
Aktivtas
yang terlalu ringan akan membuat kita bosan karena monoton dan kurang
menantang. Aktivitas yang terlalu sulit diluar kemampuan kita untuk
menyelesaikannya akan membuat frustasi dan akhirnya menyerah. Idealnya
melakukan kegiatan yang sesuai kemampuan kita dengan menambah sedikit tantangan kegiatan yang lebih sulit diatasnya.
Hal
sederhana seperti memasak tempe. Jika setiap hari hanya digoreng saja maka akan
merasa bosan. Tapi jika harus menyemur atau membuat versi lain tempe seperti
burger Tempe maka akan terlalu sulit khususnya untuk orang yang tidak hobi
masak. Tengah-tengahnya bisa menggoreng tempe tepung/mendoan, atau tumis tempe.
2. Miliki
sasaran yang jelas dan konkret.
Pertandingan
sepak bola tujuannya untuk menang dengan cara menggolkan bola ke gawang lawan.
Jadi tujuan dan caranya sangat jelas. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari,
terkadang kita tidak jelas dalam membuat rencana kegiatan harian. Akhirnya kita
melakukan banyak hal secara random dan berganti-ganti yang justru membuat kita
lelah dan frustasi sehingga kita tidak bisa melakukan aktivitas tersebut dengan
mengikuti flow. Contoh seorang ibu
yang tidak membuat rencana menu masak harian. Pasti akan bingung untuk makan
hari itu. makan pagi nasi uduk, eh buat makan siang apa ya, terus makan malam
apa ya. Buat seorang ibu penting untuk merencanakan menu apa yang akan dimasak
dalam sehari sebelum mulai memasak. Hal ini berhubungan dengan bahan-bahan yang
akan dibeli, alat-alat masak yang diperlukan, Serta waktu yang dibutuhkan untuk
memasak.
Dalam dunia kerja pun begitu, sebelum bekerja perlu mengetahui apa yang ingin dicapai, cara mencapainya, butuh keahlian apa saja, berapa lama bisa selesai. Lalu mem-breakdown ke dalam berbagai kegiatan bisa seperti to-do list. Urutan dari yang paling awal hingga akhir. To-do list berguna untuk di check list apa saja yang sudah dikerjakan, dan apa yang belum dikerjakan. Dengan adanya keteraturan ini, maka pekerjaan akan terasa jauh lebih mudah. Kita tahu apa yang akan dilakukan hari ini. Kita tahu butuh apa. Contoh membuat to do list kegiatan harian. Kegiatan ini pasti berbeda pada tiap orang. Misalnya ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak, ibu rumah tangga yang kerja freelance, single yang bekerja berbeda dengan single yang bekerja freelance, laki-laki yang bekerja di kantor atau yang berbisnis sendiri. Pastinya punya tujuan dan sasaran yang berbeda.
3. Konsentrasi
pada satu tugas.
Seringkali
orang berpikir untuk melakukan beberapa tugas dalam satu waktu agar lebih
efisien dan semua pekerjaan terselesaikan dengan cepat, namun pada akhirnya
kelelahan dan stress yang didapatkan. Kebanyakan ibu yang sering melakukan
beberapa kegiatan dalam satu waktu misalnya memasak sambil mencuci piring,
mencuci baju sambil menyapu, menyuapi anak sambil melipat baju. Bisa saja semua
terselesaikan tapi hasilnya kurang sempurna dan pada akhirnya kelelahan fisik
dan psikis. Ini bukan multi-tasking
tapi switch-tasking (beralih tugas) dalam
waktu yang relative cepat.
Sering
juga kita hendak melakukan satu kegiatan sambil melakukan hal lain, misal
menulis sambil membuka internet, alih-alih untuk mencari informasi, malah
melihat youtube, stalking Instagram
dan facebook, atau main game sehingga lupa kegiatan utama yaitu menulis. Tak
terasa waktu berlalu dengan cepat dan ketika tersadar dan ingin melanjutkan
menulis pikiran penuh dan lelah.
Seseorang
yang melakukan pekerjaan atau aktivitas yang disukainya dan tenggelam dalam
aktivitasnya itu bukan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan atau pujian
dari orang lain. Semata untuk kebahagian dan kepuasan dirinya sendiri. Tidak
ada kepentingan lain. Adapun hasil yang sempurna, pujian dan materi adalah
bonus. Hal yang lebih penting adalah perasaan “terpenuhi” atau fulfillment.
Flow untuk menemukan ikigai anda
Untuk
mengetahui apakah aktivitas itu adalah aktivitas yang kita sukai, kunci awalnya
adalah ketertarikan. Jika tumbuh rasa tertarik pada suatu kegiatan, maka coba
saja. lalu kita amati apa yang kita rasakan saat melakukan kegiatan tersebut.
Apakah kita merasa senang, tahan lama dalam mengerjakannya, dan merasa bahwa
kegiatan itu mudah dilakukan. Jika sebaliknya maka mungkin itu bukan hal yang
anda sukai.
Saya
pernah tertarik sekali dalam membuat bento padahal saya bukan orang yang suka
masak, tapi saat saya melihat orang membuat bento, saya merasa ingin
mencobanya. Saya melihat membuat bento itu mudah, tidak banyak bahan yang harus
dimasak dan sepertinya menyenangkan. Lalu saya mulai mengumpulkan alat yang
diperlukan untuk membuat bento dan ikut workshop membuat bento. Setelah saya
praktik sendiri ternyata untuk menghasilkan bento yang bagus, diperlukan waktu
yang lama, banyak detail-detail kecil yang harus dibuat, alat-alatnya juga
harus lengkap. Saya merasa itu tidak mudah, saya tidak sanggup berlama-lama
mengerjakan itu. akhirnya saya tidak mau melanjutkan membuat bento. Paling
bento ala kadarnya saja. artinya itu bukan hal yang saya sukai dan bukan keahlian
saya meski itu bisa dipelajari.
Dari
berbagai macam kegiatan Anda, kegiatan mana yang membuat anda tenggelam dalam flow. Buatlah daftar kegiatan anda. Gunakan pertanyaan berikut ini untuk membantu
anda menemukan kegiatan dimana anda mengalami flow. Pilih satu aktivitas yang sedang anda kerjakan atau ingin
anda kerjakan. Lalu tanyakan pertanyaan ini ke diri anda.
1. Apa
kesamaan dari semua aktivitas yang membawa anda menikmati flow?
2. Mengapa
aktivitasa itu membuat anda mengalir?
3. Apakah
aktivitas yang Anda sukai dikerjakan sendiri atau bersama-sama dengan orang
lain?
4. Apakah Anda mengalir lebih banyak saat melakukan hal yang mengharuskan Anda
menggerakkan tubuh atau kegiatan yang
hanya berpikir?
5. Apakah Anda menikmati flow saat lebih banyak bekerja dengan mulut (lebih banyak
bicara) atau lebih menyukai bekerja dalam diam?
6. Lebih menyukai di dalam ruangan atau luar ruangan?
Jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan itu mungkin akan membawa Anda menemukan ikigai Anda. Setidaknya menemukan
aktivitas atau pekerjaan yang benar-benar Anda sukai. Jika belum, coba cari
aktivitas lain yang menarik untuk Anda lalu tanyakan pertanyaan di atas. Banyak orang tidak tahu apa hal yang disukai
karena banyak faktor salah satunya masa lalu. Selesaikan masa lalu anda dan
kenali diri anda. Maka anda akan menemukan ikigai anda.