Dalam
film The Glory, ada adegan saat Moon
Dong-Un memperbaiki mobilnya di sebuah bengkel. Ada sekelompok pekerja bengkel yang
sedang memanggang daging. Dong-un melihat daging yang sedang dipanggang dan
berbunyi mendesis. Dong Un langsung lemas. Ingatannya kembali ke saat Yeon Jin menempelkan
catokan rambut kebadannya. Kejadian ini mentrigger luka saat dia dibuli oleh Yeon-Jin
dan teman-temannya. Dia merasa kesakitan sama seperti saat Yeon-Jin menempelkan
hair straightener panas di kulitnya.
Trigger dalam psikologi adalah stimulus yang menyebabkan ingatan menyakitkan muncul kembali. Ingatan menyakitkan adalah sebuah peristiwa buruk yang pernah dialami atau dilihat seseorang. Seseorang mungkin lupa akan peristiwa buruk yang pernah dialami, tapi tidak akan lupa dengan rasa yang muncul saat itu. Rasa sakit, tidak berdaya, diperlakukan tidak adil, sendirian, putus asa, panik, cemas dan tidak aman. Rasa ini berasal dari rangsangan sensorik saat terjadi peristiwa menyakitkan ini. Otak akan menyimpan rangsangan sensorik seperti bau, suara, pemandangan yang dilihat disekitarnya ke dalam memori. Peristiwa dan rasa yang muncul saat itu akan masuk ke memori jangka panjang atau pikiran bawah sadar. Maka dari itu rasa bersifat menetap dan tahan lama. Memori ini akan dapat muncul kembali saat ada trigger dimana trigger ini membawa rangsangan sensorik yang sama saat kejadian buruk terjadi. Dalam film the glory rangsangan sensorik yang terrekam di memori Dong Un adalah suara hair straightener panas yang membakar kulitnya. Sehingga saat dia melihat dan mendengar suara desis daging dibakar mengingatkannya akan kejadian itu. Bulliying yang dialami Moon Dong-Un ini menjadi trauma seumur hidupnya.
Bentuk
trigger itu bermacam-macam. Trigger ini bisa berupa bau, cuaca, lagu, suasana,
wajah orang, suara, peristiwa, perkataan orang lain, benda tertentu, makanan, sendirian,
film, lagu, musim, dan hal lainnya. Contohnya: pesan whatsup yang tidak dibalas-balas mentrigger luka pengabaian yang
pernah dialami seseorang. Dia akan merasa diabaikan kembali, dia akan merasa
tidak dibutuhkan orang lain, merasa tidak layak. Lagu sedih memicu luka
seseorang yang pernah diselingkuhi atau ditinggalkan oleh orang yang
dicintainya. Dia akan merasa sakit hati, kecewa dan sedih. Suara kembang api
atau petasan akan memicu trauma korban perang dan veteran perang. Dia akan
merasa cemas dan ketakutan.
Orang
yang rentan terkena trigger seperti Penderita PTSD, seseorang dengan luka
pengasuhan, korban buliying, penderita OCD, korban perang, korban pelecehan
seksual, korban kekerasan, korban bencana alam, korban KDRT dan orang dengan
gangguan mental. Seseorang yang pernah mengalami kekerasan baik fisik atau pun
verbal akan mengalami luka batin dan trauma. Menurut Administrasi Layanan
Penyalahgunaan Zat dan Kesehatan Mental (SAMHSA), trauma adalah peristiwa
berbahaya atau mengancam jiwa yang seseorang alami. Ini memiliki efek buruk
yang bertahan lama pada kesehatan mental, fisik, emosional, sosial, atau
spiritual. Trauma ini bisa muncul kembali ketika ada peristiwa yang dapat
menghubungkan dengan peristiwa buruk yang dialami.
Reaksi
yang terjadi saat seseorang ter-trigger bisa berupa teriakan, menangis, dan
marah (marah-marah, memukul barang-barang yang ada di sekitarnya), menyakiti
orang lain, menyakiti diri sendiri (memukul kepala sendiri), pusing, mual,
lemas, bahkan pingsan. Hal ini tergantung tingkat trauma yang mereka alami. Keadaan
ini sangat menyiksa penderitanya. Apalagi jika trauma berat yang perlu bantuan
pihak lain seperti psikolog, psikiater atau terapis. Jika tidak segera diobati
akan membuat orang tersebut depresi. Trigger ini tidak dapat diprediksi kapan
datangnya dan dalam bentuk apa. Sama halnya saat Moon Dong Un tidak sengaja
melihat daging yang sedang dipanggang di sebuah bengkel saat akan memperbaiki
mobilnya yang rusak. Dia langsung merasa lemas, terjatuh dan akhirnya dia cepat-cepat
pergi dari bengkel itu.
Trigger bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. bisa saat sedang sendiri atau saat sedang berkumpul bersama teman-teman. Bisa di dalam kamar, di mall, di jalan, di bengkel. Penderitanya harus berjuang keras untuk melewati fase ini. Mengikuti emosi atau mengontrolnya. Lalu apa saja hal yg dapat dilakukan saat dapat trigger.
1. Hindari trigger
Reaksi
Moon Dong Un pun segera pergi dari sumber trigger. Segeralah menyingkir dari
hal yang memicu traumamu, cari tempat yang tenang, sebisa mungkin hubungi
anggota keluarga atau teman yang bisa menemani.
2. Menangis
Menangis
akan mengurangi beban jiwa kita. Perasan negatif pun akan sedikit berkurang
bersama dengan air mata yang keluar. Menurut teori Dr. William Frey di tahun 1980-an, tangisan akan menghilangkan
toksin dan hormon stress. Maka kenapa setelah menangis perasaan menjadi lebih
lega. Hanya saja menangis kadang
tidak bisa dilakukan di tempat umum. Biasanya dilakukan di tempat tertentu
seperti di dalam kamar, di kamar mandi, dan tempat lain yang tidak banyak
orang.
3. Atur napas
Mengatur
napas dapat menenangkan pikiran. Tarik napas dari hidung dan hembuskan lewat
mulut secara perlahan-lahan sambil tutup mata. Lakukan sampai merasa tenang.
Jika Anda sudah ke psikolog, anda akan diajarkan teknik pernapasan untuk
menenangkan batin. Seperti teknik tapping dan butterfly hug therapy.
4. Mengakui
Setelah
tenang, akui perasaan yang muncul saat peristiwa buruk muncul kembali. Entah
saat tertrigger atau kapan pun muncul. Mengakui jika memungkinkan untuk ditulis
baik di buku atau di handphone. Jika tidak mungkin akui dengan berkata sendiri
di dalam hati. Misalnya “setiap kali aku mengingat si “mawar” yang menyakitiku,
aku merasa marah. Aku ingin memukulnya seandainya dia ada di depanku”. Teruskan
sesuai apa yang muncul dari hatimu.
5. Menerima
Peristiwa buruk yang menimpa kita memang tidak mudah untuk diterima. Ada penolakan dari dalam diri kita. Pertanyaan-pertanyaan pun muncul kenapa harus menimpa kita, kenapa tidak menimpa orang lain saja. hanya saja semakin kita tidak menerima kondisi ini, semakin kita merasa tidak nyaman. Perasaan negatif seperti marah, sedih, kesal, kecewa akan terus menghantui hidup kita. Hidup menjadi tidak tenang dan sulit untuk merasa bahagia. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan saat ini dan masa depan. Cobalah untuk menerima. Penerimaan memang butuh waktu. Mungkin awalnya berat, tapi tidak ada salahnya mencoba pelan-pelan hingga akhirnya bisa ikhlas menerima apa yang sudah terjadi. Penerimaan akan membuat hati lebih tenang. Dengan menerima kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik.
Mereka
yang punya trauma masa lalu dan luka masa kecil seperti pengabaian, penghinaan,
kekerasan, penelantaran, pemerkosaan, pelecehan seksual, bencana alam akan
mengalami trauma yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental dimasa yang akan
datang serta gangguan perilaku. Baik luka kecil ataupun besar pasti ada
efeknya. Tergantung seberapa dalam trauma yang didapatnya. Bahkan peristiwa
yang sama pun bisa menimbulkan trauma yang berbeda pada tiap orang. luka itu
akan menetap selamanya pada dirinya. Mereka harus hidup dengan luka-luka itu. Mereka
perlu tahu bagaimana harus menyikapinya dan hidup berdampingan dengan luka
trauma itu. Setidaknya mereka bisa mengelola emosi yang keluar saat trauma
itu muncul karena adanya trigger. Kemampuan
diri sendiri untuk menghadapi trauma tersebut dapat memengaruhi respons
terhadap kejadian traumatis. Penyembuhan trauma (trauma healing) perlu
dukungan sosial (support system), tidak hanya melibatkan si korban saja tapi
juga melibatkan orang-orang yang ada disekitarnya seperti keluarga, sahabat, bahkan
tetangga.
Semua
orang pernah merasakan kepahitan hidup baik ringan atau pun berat. Mereka yang
punya semangat untuk bangkit yang akan menang. Tuhan memberikan pengalaman
pahit itu kepadamu, Tuhan juga memberikan kekuatan kepadamu untuk menerima dan
mengatasinya. Dibalik peristiwa yang kamu alami pasti ada makna dan tujuan
yang kita belum tahu.
Tidak ada komentar: